Awalnya gue sama sekali ngga ngerasa permasalahan ini adalah masalah yang serius. Ya gue tau banget kalo ada beberapa prinsip hidup kita berbeda ditilik dari segi apapun. Gue sadar diri kalo memang hal ini bagai bom waktu yang siap meledak kapan aja tanpa tahu berapa detik lagi yang tersisa untuk menyelamatkan diri.
Apa iya gue ngga bisa mempertahankan apa yang gue anggap bener sepanjang hidup gue? Gue ngga masalah kalo emang dia mau mengagung-agungkan apa yang ia pegang teguh. Sama sekali ngga. Tapi kenapa kalo itu menjadi permasalahan yang sangat crucial, kenapa juga Tuhan memberikan “masalah” ini. Gosh, sebetulnya siapa yang salah dan siapa yang bener kan semuanya itu relatif. Gue percaya kok kalo apa yang kita pegang teguh itu semuanya menuju ke arah yang baik. Tergantung siapa yang menjalankannya. Kalo emang kita semua menjalankan dengan baik tentunya semua ngga akan seperti ini kejadiannya. Masalahnya kita berdua terlalu keras kepala untuk urusan yang satu ini.
Sekarang permasalahan kembali berderet seperti deret hitung yang tidak terhingga. Dari perhitungan logika dengan akal sehat juga semuanya mengarah pada suatu kesimpulan untuk menyudahi semuanya. Kalau memang 1+1=2, dalam perjalanan hidup gue bisa 1+1= ~. Tidak dapat terdefinisikan.
Gue ditambah “Lo”, bisa jadi perpecahan dalam keluarga, bisa jadi berantem setiap hari, bisa jadi tangisan air mata, bisa jadi BENCANA. Tapi entah ya kenapa gue ngerasa penambahan jiwa kita bisa menghasilkan cinta yang teramat dasyat. Cinta yang sangat absurd. Cinta yang bisa membahagiakan sekaligus pedih, perih, seperti ditusuk pisau yang berkarat dan meninggalkan luka teramat dalam. Tapi entah kenapa juga gue bisa gila kalo tidak merasakan cinta itu. Cinta dari lo yang menurut akal sehat kebanyakan orang adalah SAKIT JIWA. Tapi Tuhan memberikan rasa itu bukan tanpa alasan. Kita belajar dari kesalahan, dari rasa sakit, dari nikmat kerinduan, dari cerita cinta monyet yang berubah menjadi kebutuhan. Kebutuhan akan pemberian makanan bagi rasa kangen yang bisa membuat gila menahun. Dan akhirnya kita menjadi dewasa seiring waktu yang berjalan.
Mungkin seandainya gue ngga ketemu lo, gue ngga akan bisa seperti gue yang sekarang. Gue yang sekarang mungkin ngga akan cepet mengeluh, mungkin lebih mandiri dan tidak ketergantungan (see you have caused alot of mistakes in steps I’ve made....). Tapi gue berterima kasih kok dengan semua ini. Gue ngga menyesal dengan semua materi, jiwa, raga, tangis, darah yang keluar selama gue berhubungan dengan lo. Karena hal itu lah yang membuat gue dewasa dan mengerti hidup.
Seandainya gue ngga ketemu lo pastinya dunia gue hanya sebesar daun kelor. Pemikiran gue akan sempit dan gue akan selalu menjadi orang yang egois tanpa mengetahui sebenarnya kita ini sangat perlu berbagi. Terima kasih atas semua yang lo berikan ke hidup gue beberapa tahun belakangan ini. I really appreciate it!
Coz u know... I will always have a special place 4 u in my heart. Even though we’re not together again...or perhaps one day we will become husband and wife. U’ve parked in my heart, and nobody can take that place from u.